Lagi, Korban Longsor Wonosobo Ditemukan Tewas

Wonosobo, CyberNews. Lima korban yang tertimbun tanah longsor di Dusun Wonoaji, Desa Tieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, telah ditemukan Jumat (22/1). Korban terakhir yang dievakuasi tim SAR adalah Wagisah (43).

Tim SAR gabungan mulai mencari korban sekitar pukul 07.00 WIB dengan menyemprotkan air dari selang mobil kebakaran untuk membersihkan longsoran. Mereka berhasil menemukan tubuh korban sekitar pukul 09.15 WIB.

Namun, tubuh korban tidak langsung bisa diangkat karena tertimbun rumpun bambu dan tim SAR harus membersihkan rumpun bambu itu dengan gergaji mesin. Baru sekitar pukul 10.30 WIB jenazah korban bisa diangkat untuk dievakuasi ke Puskesmas Kejajar.

Sebelumnya, pada hari pertama, Rabu (20/1) tim SAR berhasil menemukan dua korban dari timbunan tanah longsor, yakni Zainudin (54) dan Tusamin (48). Kemudian pada hari Kamis (21/1) menemukan korban Samsu Ramadon (24) dan Hartadi (19).

Sementara, jalur Wonosobo-Dieng mulai Jumat (22/1) tertutup untuk kendaraan roda empat karena dikawatirkan terjadi longsor susulan. Pada Kamis (21/1) sore juga terjadi longsor di seberang tebing Dusun Wonoaji dan mengakibatkan jalan tertutup tanah dan batu.

Kabag Humas Pemkab Wonosobo, Agus Purnomo mengatakan, untuk sementara jalur Wonosobo-Dieng km 20 tertutup bagi kendaraan roda empat karena waktu hujan deras di kawasan tersebut rawan longsor.

Curah Hujan Ekstrim Picu Longsor Wonosobo

Wonosobo, CyberNews. Curah hujan yang ekstrim dan retakan tebing diduga sebagai penyebab longsor di Dusun Wonoaji, Desa Tieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo pada Rabu (20/1) lalu.

Peneliti erosi tanah dari Prodi Geografi Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, M. Anggri Setiawan di Wonosobo, Jumat (22/1), mengatakan pada saat kejadian longsor curah hujan di wilayah tersebut mencapai 75 milimeter per hari. Padahal dalam kondisi normal curah hujan berkisar 10 hingga 20 milimeter per hari.

Anggri mengatakan, di bagian atas tebing yang terdapat selokan di pinggir jalan, diperkirakan ada retakan yang telah tertutup sedimen. Saat curah hujan tinggi, air terus masuk ke dalam retakan karena tidak kuat menahan air maka tebing longsor.

Anggri yang kini sedang melakukan penelitian manajemen erosi di Desa Tieng ini mengatakan, wilayah tersebut memang rawan longsor terutama dilihat dari faktor geologi tanah yang ada merupakan endapan vulkanik dari Dieng berupa material lepas seperti pasir dan andesit sehingga mudah longsor.
"Kondisi tersebut berpotensi longsor cukup tinggi, apalagi ada getaran dari kendaraan seperti truk yang membawa beban berat sehingga menimbulkan gerakan tanah yang labil itu," ujarnya.

Bencana tanah longsor yang terjadi Rabu (20/1) sekitar pukul 11.50 WIB tersebut mengakibatkan sembilan rumah rusak berat akibat terkena longsoran dari tebing setinggi 50-60 meter. Sembilan rumah tersebut yakni milik Zainudin, Sahmudi, Muh Azis, Asngari, Bandini, Tusamin, Juariyah, Taziroh, dan Mukhzin.

Bencana tanah longsor itu juga mengakibatkan lima korban tewas, empat di antaranya meninggal di lokasi longsor karena tertimbun tanah, sedangkan seorang korban meninggal di Rumah Sakit Setjonegoro Wonosobo. Selain itu, ada satu korban bernama Wagisah yang diduga masih tertimbun dan kini dalam pencarian.

Banjir Lumpur Genangi Ruas Jalan Wonosobo-Dieng

Wonosobo, CyberNews. Gara-gara lubang gorong-gorong jembatan Kalikalang I, Desa Jengkol Kecamatan Garung tidak mampu menampung luapan air hujan, banjir pun tak terelakkan pada Senin (4/1) sore. Peristiwa tersebut mengakibatkan air berlumpur meluap ke jalan jalur wisata Wonosobo-Dieng.

Kemacetan lalu lintas tak dapat dihindari. Antrean kendaraan mencapai beberapa kilometer, dari wilayah Kecamatan Garung sampai Desa Rejosari Tambi Kecamatan Kejajar. Arus lalu lintas, mulai lancar, setelah hujan mereda, pada Senin (4/1) petang.

Banjir lumpur juga menggenangi halaman balai Desa Jengkol, Poliklinik kesehatan, TK Pertiwi dan halaman SD 2 Jengkol, balai desa dan kantor desa setempat. Bahkan, rumah mantan Kades Jengkol rusak.

Tembok sepanjang delapan meter, di bagian belakang rumah keluarga Margono jebol, sehingga perabotan di dalam rumah pun porak poranda. Disamping itu, kandang kambing pun rusak. Dalam peristiwa itu tidak terjadi korban jiwa, namun kerugian materi ditaksir mencapai puluhan juta rupiah.

Banjir lumpur juga menyebabkan sumber mata air Ngelak yang dimanfaatkan oleh 125 keluarga Desa Jengkol, saat ini tertutup material pasir. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga mengandalkan PDAM.

Sekretaris Desa Jengkol, Sutrisno mengatakan peristiwa bajir lumpur yang disebabkan meluapnya air irigasi itu, tercatat kali ke tiga dalam dua tahun terakhir ini. Dia menduga, banjir dimungkinkan karena lubang gorong-gorong relatif kecil dan tak mampu menampung air hujan. Sebelum jembatan direhab, kawasan tersebut tidak pernah banjir.

Camat Garung, Didik Wibawanto SSos didampingi Kabag Humas Pemkab Wonosobo H Agus Purnomo SH SSos MSi mengatakan, peristiwa banjir tersebut sudah dilaporkan ke instansi terkait. Untuk mengatasi hal itu, dibutuhkan pembangunan gorong-gorong yang lebih besar.

[suaramerdeka.com]